√ Mengapa Bulan Februari Memiliki Perhitungan Hari Paling Sedikit dan Berbeda dari 11 Bulan Lainnya? Yuk Simak Sejarahnya Berikut ini! - AhzaaMedia

Senin, 30 Januari 2023

Mengapa Bulan Februari Memiliki Perhitungan Hari Paling Sedikit dan Berbeda dari 11 Bulan Lainnya? Yuk Simak Sejarahnya Berikut ini!

Tak terasa yaa teman- teman, sudah mau menginjak ke bulan Februari. Nah, kalau teman- teman perhatikan, bulan Februari itu jumlah perhitungannya tidak sama loh dengan bulan- bulan lainnya. Bulan Februari itu memiliki perhitungan yang lebih sedikit dibanding sebelas bulan lainnya. Kok bisa yaa? Simak yaa pembahasannya berikut ini.

Bulan Februari memang lebih pendek daripada bulan-bulan lainnya. Hal ini dikarenakan pembagian dan pengukuran tahun ya teman- teman. 

Bumi membutuhkan waktu 365 hari dan kurang dari enam jam untuk mengelilingi Matahari. Pembagian hari-hari itu menjadi dua belas bulan adalah ciptaan manusia dalam pengukuran waktu waktu. 

Gambar oleh Clker-Free-Vector-Images dari Pixabay

Sejarahnya, Pada zaman Romawi menggunakan sepuluh bulan dalam satu tahun. Kalender tersebut dibentuk oleh tahun pertanian, yang dimulai pada musim semi pada bulan Maret dan berakhir pada bulan Desember. Bila ditotal, ada 304 hari selama periode tersebut teman- teman. Selama dua bulan di musim dingin, tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan di ladang  dan sisa hari dalam setahun tidak dihitung dalam kalender.

Kemudian pada tahun 731 SM (sebelum masehi), raja kedua Roma, Numa Pompilius, memutuskan untuk menyesuaikan kalender dengan fase bulan. Nah, terdapat 12 siklus bulan setiap tahun, sehingga kalender dibagi menjadi dua belas bulan. Lalu Januari dan Februari ditambahkan dan tahun kalender baru sehingga dalam satu tahun berlangsung selama 355 hari.

Bangsa Romawi kuno mempercayai mitos bahwa angka genap membawa sial, jadi panjang bulan dalam kalender Pompilius berganti-ganti antara 29 atau 31 hari. Sehingga, panjang tahun kalender pada bulan terakhir yaitu Februari  hanya tersisa 28 saja.

Bulan Februari dikaitkan dengan ritual penyucian, atau februum di Roma. Selama festival upacara pemurnian Lupercalia berlangsung untuk mempersiapkan bangunan dan orang-orang untuk pesta dan pengorbanan festival. Selama festival Feralia, makanan dan hadiah dibawa ke kuburan, untuk menghormati yang sudah meninggal dan membuat mereka bahagia agar tidak bangkit dan menghantui yang masih hidup.

Namun, pelaksanaan satu tahun kalender yang berlangsung selama 355 hari ternyata menimbulkan masalah tersendiri. Hal tersebut disebabkan bahwa Bumi membutuhkan waktu lebih lama periodenya untuk mengelilingi Matahari, jadi akibatnya musim menjadi tidak selaras. Oleh sebab itu, satu bulan ekstra ditambahkan ke kalender sebelum awal Maret.

Penambahan tidak digunakan setiap tahun namun ditambahkan kapan pun diperlukan untuk menyelaraskan kembali antara bulan dan musim sehingga memiliki 27 atau 28 hari, yang kemudian menciptakan satu tahun yang berlangsung selama 377 atau 378 hari.

Tetapi hal ini memiliki konsekuensi yang tidak menguntungkan untuk bulan Februari. Kemudian bulan yang terpendek dalam kalender dipotong empat hari yaitu pada bulan Februari. Akan tetapi, meskipun bulan dengan musim telah terhubung, penggunaannya tidak dapat diprediksi. Orang- orang yang tinggal jauh dari Roma mungkin tidak menyadari bahwa bulan tambahan telah ditambahkan ke kalender.

Kalender Julian
Koin yang menunjukkan Julius Caesar dan berasal dari Februari-Maret 44BC
source : https://commons.wikimedia.org

Kalender baru lainnya mencoba memperbaiki masalah ini. Dalam Kalender Julian, yang diambil dari nama Julius Caesar dari tahun 45 SM, satu tahun berlangsung selama 365 hari.

Dalam kalender tersebut, tak satu pun dari sepuluh hari ekstra ditambahkan ke Februari. Ada dua belas bulan, yang masing-masing panjangnya sama dengan kalender yang kita gunakan seperti saat ini.Nah,  Agar kalender tetap akurat, satu hari ekstra ditambahkan ke Februari setiap empat tahun sekali yang kita namakan dengan sebutan tahun kabisat.
Gambar oleh Simple-aign dari Pixabay

Namun, satu hari ekstra setiap empat tahun sebenarnya terlalu banyak untuk mengoreksi perbedaan antara 365 hari setahun dan 365 dan hanya di bawah seperempat hari di mana Bumi mengorbit Matahari. Pada pertengahan abad keenam belas, kalender Julian tidak sejalan dengan musim dan siklus tahun sebanyak sepuluh hari. Hal ini menyebabkan terciptanya kalender lain. 

Kalender Gregorian
Kalender Gregorian diperkenalkan pada tahun 1582. Kalender dinamai menurut nama Paus Gregorius XIII, dan sampai sekarang masih digunakan. Dalam kalender Gregorian, tidak ada tahun abad yang bisa menjadi tahun kabisat kecuali tahun itu benar-benar habis dibagi 400. Sebagai contoh tahun 2000 merupakan tahun kabisat, dengan satu hari ekstra di bulan Februari, tetapi hal itu tidak berlaku untuk tahun 1900 yaa. Kok bisa begitu? Inilah penjelasannya teman- teman. Tahun kabisat merupakan tahun yang habis dibagi empat, namun untuk abad baru seperti tahun 1900, 2000, 2100, harus juga habis dibagi empat. Contohnya gini ya teman- teman, 
Tahun 2016, tahun 2020, 2024 adalah tahun kabisat, (habis dibagi empat dan bukan merupakan abad baru). Nah, untuk tahun 1900, 2100, 2200, 2300, tahun - tahun tersebut bukan merupakan tahun kabisat karena termasuk abad baru. Lalu, tahun- tahun seperti 2000, 2400 merupakan tahun kabisat, merupakan abad baru dan kelipatan 400. 

Sudah jelas yaa teman- teman...

Sumber tulisan : https://research.reading.ac.uk/

Get notifications from this blog